Koloray, Aku Rindu

by - Monday, November 02, 2015


Bener-bener nggak kerasa sudah selama ini sejak terakhir kali saya meninggalkan sebuah pulau (saya lebih senang menyebutnya “rumah”) tempat saya mengabdi, bermain, belajar selama kurang lebih dua bulan. Kenangannya terlalu kuat sehingga masih membekas sampai detik ini.

Empat bulan yang lalu, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya menjejakkan kaki di salah satu tanah timur Indonesia, dan betapa beruntungnya saya karena tanah itu adalah Morotai (sebetulnya Manado sih-- karena pesawat sempat transit di sana, tapi anggaplah itu Morotai karena ini cerita tentang Morotai. Haha). Kesan pertama? Morotai was hot as hell! Entah karena memang panas BANGET atau karena sugesti orang-orang yang bilang kalau Morotai sangat panas, like... you’ve got seven fuckin suns right above your head. But indeed, it was hot. Really hot. My AccuWeather said that: 34 C.

Tapi rasa panas itu justru makin membakar semangat kami untuk sampai ke sebuah desa yang juga merupakan pulau yang akan menjadi rumah kami selama dua bulan, Desa (Pulau) Koloray. Pulau yang indah, sungguh. Tidak pernah terbersit sebelumnya kalau aku akan tinggal, literally tinggal, di sebuah pulau kecil yang hanya berpenghuni 200an KK, terbatas oleh berbagai macam akses, dengan iklim yang sungguh ekstrem panasnya. Tapi selama dua bulan, tempat ini lah yang mengajarkan saya betapa pentingnya menikmati segala keterbatasan yang ada, mengajarkan saya untuk hidup sederhana, menjadi sangat apa adanya-- tidak seperti kehidupan urban yang biasa saya jalani yang menuntut banyak hal dan hanya berujung pada pemenuhan nafsu sosial. Rumah ini juga mengajarkan saya bahwa kebahagiaan muncul bukan karena topeng “happy face” yang kita pakai, melainkan senyum tulus di balik topeng itu sendiri. Dan dengan segala kerendahan hati orang-orangnya, tempat ini mengajarkan saya bahwa hidup itu untuk berjuang dan kemudian mensyukurinya, mengajarkan saya bahwa what people will remember about you is not what you say but more of what you do. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Koloray, aku rindu. Someday I surely will come back.

Sedikit Tentang Bunga

by - Tuesday, April 14, 2015
Saya lupa kapan terakhir kali dapat bunga dari seseorang. Memang pada dasarnya saya bukan tipe wanita yang “ngidam” dikasih bunga sama cowo, sih. Pernah ada seseorang yang ngasih saya 1 tangkai mawar putih, tapi saya tolak. Di depan mukanya. Bukannya tidak suka, tapi malu. Kecuali kalau dia pacar saya, ya saya pasti dengan senang hati menerimanya. Lagian, cewe mana sih yang ngga suka dikasih bunga hahaha.

Beberapa waktu lalu ada yang mengirimkan saya satu buket bunga mawar merah. Tepat saat hari ulang tahun saya yang ke 21. Di lempar ke teras rumah pula (ngga sopan sih sebenarnya). Kebetulan si Mbak yang suka datang untuk bersih-bersih rumah yang memergoki buket bunga itu teronggok di teras.

Siapa?

Kalau saya tau mungkin saya tidak akan menulis tulisan ini. Yah, walaupun tujuan dari tulisan ini juga bukan untuk mencari siapa si pengirim bunga ini sih.

Kepada siapapun yang sudah berbaik hati memberi 1 buket bunga mawar merah dan sebuah pesan manis di hari ulang tahun saya, terima kasih :)
Syifana Rahma Addiyani. Powered by Blogger.